TIME MACHINE [CHAPTER 3]

1 Mar

Title        : Time Machine [chapter 3]

Author    : Culy Stephanie

Main cast: Cho Kyuhyun |Im Yoona| Edmund Cho, Merida Cho (OC)

Length    : chaptered

genre     : family, romance, siblingship, fluff, fantasy

rating     : PG 13

cover time machine 2

Aku sudah tidak tahan, aku masih merasakan bahwa ibu dan ayah mengenaliku sebagai anak perempuannya, padahal realitanya sekarang adalah ibu dan ayah disini tidak mengenaliku, begitu juga mereka tidak mengenali Edmund, aku menatap Edmund sebentar dan Edmund menatapku lagi kemudian menatap kedua makhluk itu dan mengatakan                                                                        “HAHH!! MOM!!! DAD!!!”

 -o0o-

Yoona melihat kami berdua dengan tatapan aneh, begitu juga Kyuhyun yang melihat kami aneh. “apa kau juga tersandung?” kini Kyuhyun bertanya kepadaku dan Edmund. Dan kulihat Edmund tidak mengatupkan mulutnya, ia terkejut setengah mati. Siapa yang tak terkejut ketika melihat orang tuanya seumuran dengan anaknya dan tak mengenali anaknya. Inilah awal dari petualanganku dan Edmund, dan mungkin disinilah aku dan Edmund bisa belajar dan bisa saja bebas memanggil mereka dengan nama tanpa adanya aturan antara orang tua dan anak

Ku dengar samar Edmund berucap “what the hell” matanya tetap menatap ayah dan ibu, padahal ia sendiri  yang menyuruhku bersikap layaknya orang lain. Sudah ku bilang  Edmund juga  mempunyai kekurangan, ia tidak seratus persen sempurna seperti apa yang dilihat orang-orang, ia juga tidak perfect seperti apa yang dibilang senior wanita disekolahku.

dan lamunanku buyar ketika Ayah melambaikan tangan di depan wajahku berkali-kali dan mendekatkan wajahnya ke arahku. God! Why he so sexy.  I give you A++ dad.

kulihat ayah sewaktu muda sepintas seperti Edmund, garis mukanya hampir sama, dan potongan rambutnya juga sama, ya kini kami semua hampir seumuran. “Aku tidak tersandung sungguh” cercaku dengan cepat menjawab pertanyaan Kyuhyun tadi dan pandanganku terhenti melihat Yoona yaitu ibuku sedang membereskan cd albumnya yang berserakan. “biar ku bantu”  Edmund sedikit berjongkok dan membantu Yoona memberesi cd album tersebut, tidak lupa Kyuhyun ikut membantu membereskannya. Ah jadi pertama kali bertemu mereka saling bertabakan. Pandanganku beralih kulihat sampul kaset itu tak asing bagiku “Ah! Celine Dion!!” aku memekik tak karuan

Yoona menatapku bingung dan mengernyitkan dahinya, dan aku mendapatkan fakta baru ternyata Yoona mengoleksi lagu kesukaannya saat ia muda, padahal ia mengakui suka mengoleksi cd album pada saat bersama Kyuhyun. Dasar ibu tukang bohong.

“kau suka Celine Dion?”

ya! mom aku suka.

“ya! Kita satu selera” senyumku canggung, rasanya campur aduk di sisi lain jantungku berdegup kencang atas apa yang aku dan Edmund alami, dan disisi lain aku sangat senang akhirnya bisa menyaksikan bagaimana mereka dipertemukan. Kini Edmund dan Kyuhyun sudah menyusun cd album yang terjatuh dengan rapi dan berdiri tegap kembali. Ini waktu yang tepat aku memperkenalkan diri kepada mereka sembari ku tepuk tepuk tanganku membersihkan debu yang ada di tangan “h—hai perkenalkan aku Merida dan ini kakakku Edmund” aku mengulurkan tanganku dengan senang hati. Senang rasanya bisa melihat ibu dan ayah muda dengan kecantikan dan ketampanan mereka yang bertambah berkali-kali lipat.

Yoona menjabat tanganku dengan sopan “aku Yoona”. begitu juga Kyuhyun yang menjabat tanganku “ah! Kyuhyun” dan Yoona menjabat tangan Edmund, dan Kyuhyun pun menjabat tangan Edmund. Dan kami saling berjabat tangan.

“berjabat tangan layaknya teman baru. perfect” Edmund bergumam namun masih bisa kudengar. Kulirik Edmund memutar bola matanya. Mungkin ia sedang berpikir ‘Sungguh tahun 1996 sangat kuno’

Aku memperluas pandanganku dimana tahun 1996 tidak terlalu banyak mobil, yang kulihat hanyalah mobil sedan sedan tua seperti milik Edmund sedan toyotanya dan pada tahun ini mobil itu sangatlah mewah. Bangunan interiornya juga tidak memukau seperti jamanku.

“hei Yoona kau tidak menjabat tanganku?” aku langsung menatap Kyuhyun, kini Kyuhyun bersuara. Ya ayahku memulai duluan mengulurkan tangannya dan membuat pipi Yoona muncul semburat merah ketomatan. “ah maaf” Yoona membalas jabat tangan dari Kyuhyun. “senang berkenalan dengan anda” Yoona membungkuk cepat.

Yea! Ini dia

“bila kalian tidak keberatan, bisakah kita minum kopi bersama? Aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih”  ucap Yoona sambil menenteng cd album Celine Dion, Kyuhyun yang melihat Yoona kesusahan menenteng cd albumnya langsung mengambil langkah cepat “biar aku yang bawa, tidak baik wanita membawa yang berat-berat” Kyuhyun tersenyum lembut dan kulihat cd album itu sudah beralih di tangannya dengan mudah, aku dan Edmund saling memandang. Aku mengharapkan Edmund mau bekerja sama di situasi seperti ini.

“ya kami mau” ucap Edmund menanggapi pertanyaan ibu, tangan satunya dimasukkan ke kantong celananya seperti biasa gaya andalannya. “dan kau mau?” Yoona menanyai hal yang sama kepada Kyuhyun. Kyuhyun menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa dia mau. “sepertinya aku mendapatkan teman baru” gotcha! Ayah melirik Edmund, Ayah merasa bahwa ada kesamaan dalam dirinya dan Edmund. Aku menahan tawaku dan mendelik ke arah Edmund “kena kau Ed” aku mendesis.

-00-

Di salah satu kedai kopi yang menurutku agak kuno dan menurut Edmund juga tentunya, kulihat sekeliling dan beberapa pengunjung dengan potongan rambut aneh, rata-rata rambut mereka (yang laki-laki) seperti perempuan dengan kata lain gondrong, kecuali Kyuhyun kulihat rambutnya pendek seperti Edmund, aku dan Edmund duduk bersamaan dengan canggung. Canggung duduk diantara kedua orang tua kami yang saat ini mereka tak tahu kami adalah anaknya, anaknya di masa depan. Ingin sekali rasanya ku berteriak dan memberi tahu mereka

‘hei kami ini anakmu, kalian berdua akan menikah’ tapi rasanya sungguh tidak bisa berucap dengan demikian.

Kulihat Edmund menggaruk tengkuk lehernya yang kupastikan itu bukan karena gatal, dan Yoona sedang asik menyesap kopi dan sekali kali melihat ke arahku dan Edmund, dan mencuri-curi pandang menatap Kyuhyun.

“jadi, kalian bukan warga Korea?”

Kecanggunganku buyar ketika Yoona mengajukan pertanyaan, skakmat! Ini benar-benar diluar dugaanku. “um—“ aku hanya bergumam. Bingung memberi jawaban atau tidak.

Aku dan Edmund pun tidak ada persiapan memasuki masa lalu, bahkan entah sampai kapan aku tidak tahu. Dan disinilah aku menyadari bahwa keputusanku memasuki masa lampau adalah hal yang terlalu berat, “kami lahir di Amerika, saya sendiri lahir di Phoenix dan adikku Merd lahir di Forks” Edmund melanjutkan, “Kami berada di situasi yang tidak memungkinkan” wow Edmund mengambil alih, aku melihatnya berekspresi dengan percaya diri. Di sinilah yang kusuka dari Edmund, walaupun Edmund mengatakan yang sebenarnya bahwa kami berada di situasi yang tidak memungkinkan, tetapi itu membantuku menjawab pertanyaan Yoona.

Edmund melirikku seperti mengisyaratkan sesuatu , ia menggenggam tanganku dengan erat dan berdiri dari duduknya “permisi sebentar” wajah Yoona dan Kyuhyun terlihat sangatlah bingung. “kami akan kembali” aku bersaut. Edmund menarikku keluar kedai, entah apa yang dilakukan Edmund, tetapi jika ku lihat dari raut wajahnya ia sangatlah khawatir dengan keadaan ini. Ia melepaskan genggamannya ketika kami berada di belakang pohon belakang kedai kopi.

“Ed! Apa yang kau lakukan?! Ini awal dari kisah cinta mereka!” aku memukul pundaknya dengan buku jariku, Edmund menghadang pukulanku, seperti biasa. “Dengar  Merd! Ini sangat berbahaya!! Kita kembali sekarang harus kembali!” Edmund memegang pundakku dan menatap tajam iris mataku, sudah kuduga ia sangat frustasi akan hal ini. Aku hanya terdiam sesaat akan hal itu yang sedaritadi melalang buana di dalam pikiranku.

Author POV

Melihat itu semua Yoona dan Kyuhyun menunjukkan raut wajah sangat bingung, mereka berpandangan satu sama lain “adik kakak yang aneh” Kyuhyun sedikit tertawa memperlihatkan rentetan giginya yang rapih serta tarikan pipi yang sempurna ketika tertawa, dan Yoona melihat itu semua tersentak akan pesona Kyuhyun. Seperti ia tidak pernah melihat laki-laki setampan Kyuhyun sebelumnya. Ia hanya tersenyum simpul

Hei kau tampan

nama mereka tidak biasa, Edmund? Merida? Bahkan wajah mereka sangat Asia. Seharusnya orang tua mereka tidak memberikan nama aneh seperti itu, itu sama saja tidak menghargai nama Korea, aneh” Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menyesap caffeine yang ditraktir Yoona. “ceritakan tentang dirimu” Kyuhyun mengajukan pertanyaan kepada Yoona, sebagai orang yang baru dikenalnya, baru kali ini Kyuhyun merasakan keingintahuan lebih dalam tentang Yoona.

hei, bicaralah” Kyuhyun mengangkat tangan dengan telapak tangannya mengadah keatas mempersilahkan Yoona berbicara.  Yoona termangu sebentar dan terus menatap wajah tampan Kyuhyun.

“kau tampan”

Bodoh!

sedetik kemudian Yoona membungkam mulutnya, sangat bodoh baginya melontarkan hal itu kepada orang yang baru dikenalnya walaupun tak menampik memang Kyuhyun adalah orang yang sangat tampan baginya.

Mendengar hal itu, ada rasa terkejut dalam diri Kyuhyun dan diiringi dengan tersenyum bangga, sebenarnya itu bukan hal yang pertama kali di dengarnya, sudah banyak orang yang mengatakan hal demikian “ya memang aku tampan, semua orang tahu itu”. Kini Yoona terlihat malu. Malu atas apa yang dikatakannya, entah apa yang dipikirkannya Yoona bukanlah tipikal orang yang senang mendoga bahkan baru kali ini ia terang-terangan berkata demikian. Tuhan berkatilah Yoona

“jadi, kau mengoleksi cd album Celine Dion?” Kyuhyun mengalihkan pandangannya ke tumpukan cd album yang berada di samping Yoona sekaligus mengalihkan topic karena ia tahu Yoona masih malu apa yang barusan dituturkan, “a—ahh y—ya a- aku sangat suka bahkan aku suka menyanyikannya, tetapi aksen inggris ku tidaklah bagus” Yoona menjawab cepat alih-alih juga ingin mengalihkan pembicaraan yang tadi.

*Author POV END*

“aku bisa menyanyikannya!” ya aku muncul diantara mereka berdua dan mengambil tempat dudukku kembali “beauty and the beast aku bisa menyanyikannya. Aksen inggrisku tidaklah buruk” setidaknya itu lagu yang kutahu di jaman ini, bahkan rilisnya tahun 1991. Aku melirik Edmund yang sedang menyusul di belakangku “aksen Inggris Edmund sangatlah bagus” tunjukku mengarahkan ibu jari ke belakang tepat sasaran dimana Edmund melangkah, aku tersenyum lebar memperlihatkan gigiku.

Sangat tidak sopan, maksudku aku langsung ikut ke pembicaraan mereka berdua tanpa mengucap permisi, walaupun aku dan Edmund sedikit menguping apa yang dibicarakan Ibu dan Ayah. Tetapi balik lagi ke awal, aku bisa saja bebas berbuat apapun tanpa harus ada peraturan di dalamnya.

“kau bisa menyanyikannya?” Yoona menatapku dengan antusias, sudah kubilang aku bisa “ya aku bisa”

“tapi itu lagu jadul” Yoona kembali menyesap kopinya yang belum habis.

“Merd” Suara Edmund tiba-tiba menggema di telingaku

“ya?”

“cepat ke topiknya” Edmund kembali duduk dengan rasa malas. Namun kepala Edmund langsung dipukul oleh Yoona “hei, kau tidak boleh bermalas-malasan seperti ini. Apa di Amerika semuanya seperti ini?” aku menahan tawaku, yang ku ingat memang ibu tak suka melihat orang bermalas-malasan. Melihat perlakuan ibu, aku dan Kyuhyun tertawa namun tidak terlalu keras. Sejujurnya aku sangat terkejut ketika Yoona melayangkan pukulannya ke kepala Edmund, di masa depan dan di masa lalu sama saja, Edmund selalu menjadi sasaran Yoona.

Edmund hanya mengelus kepalanya tanpa melawan, padahal ini saatnya yang tepat memperlakukan orang tua seperti teman. “Merd cepat bilang” Edmund menatapku dengan cara mengintimidasi, selalu menyuruhku dan mau menang sendiri.

Kini kulihat Kyuhyun dan Yoona menatapku dengan raut wajah kebingungan, ya kurasa mereka selalu kebingungan ketika melihat kami, berawal dari bingung ketika aku mengajaknya berkenalan dengan tiba-tiba, bingung ketika namaku Merida dan Edmund bukanlah nama yang biasa, dan bingung ketika aku langsung ikut mencampuri omongannya. “ah sebenarnya” aku memulai pembicaraan.

“ya?” Yoona mengkerutkan alisnya menunggu ucapanku.

“aku.. aku… aku….” Aku tidak bisa bilang, apa yang ada di dalam otakku tidak bisa kuucapkan. Sistem limbikku tidak berjalan dengan baik apa mungkin error, oh Edmund tolonglah aku.

“kami tersesat dan tidak tahu dimana orang tua kami, kami tidak mempunyai baju dan belum memakan apapun, dan saat ini kami tidak tahu harus apa, dan kami tidak mempunyai uang untuk menginap” Edmund mengambil alih berbicara.

“jadi”

“bisakah kami menginap di antara rumah kalian?” ya Edmund mewakiliku dalam berbicara. Dan lagi-lagi aku hanyalah Merd yang tak bisa berbicara di depan orang. Sebenarnya bisa saja aku bilang “hai mom hai dad ayo kita pulang dan makan malam dengan menu lasagna dan tidur di kasur yang hangat” tapi aku menyadari ini hal yang tidak benar jika aku mengucapkannya disini. Aku hanya tertawa canggung dan menyikut lengan Edmund kencang, dan Edmund ikut tertawa canggung.

Kyuhyun dan Yoona hanya menatap dan tak bersuara selama beberapa detik. “ayahku seorang kepala kepolisian dekat sini, bila perlu aku bisa membantu mencari orang tua kalian” Kyuhyun menawarkan sebuah bantuan, ia membuka dompetnya dan ingin memperlihatkan kartu nama ayahnya. Oh ini sangatlah tidak bagus, aku tidak mau berurusan dengan kakek.

“Hah! Tidak!!!!!” teriakanku dan Edmund menggema di kedai itu, bisa kulihat orang-orang yang sedang meminum kopi melihat ke arah kami. “bukannya tidak mau menerima bantuan” cercaku.

“orang tua kami sengaja membuang kami” Edmund mulai berbicara dengan nada tanpa dosa, aku membulatkan mataku ke arah Edmund, bagaimana bisa dengan entengnya mengatakan bahwa orang tua kami membuang anak. Jelas-jelas di depan wajahku adalah ayah dan ibuku sendiri.

Edmund mengisyaratkanku seperti ‘oh come on Merd’ lewat matanya yang tajam.

Aku mencoba menerjemahkan tatapan Edmund, dan aku mengerti harus mengikuti apa saja yang diisyaratkan Edmund “ya! Dan mereka pergi begitu saja kembali ke Amerika” lanjutku berbohong.

Aku kembali menatap Edmund lekat-lekat dan Edmund juga menatapku, “hahaha kami dibuang hahaha”  aku dan Edmund tertawa dengan dibuat-buat. Ya memang masalah ini ku akui adalah ulahku dan aku ingin sekali bertemu dengan Esme dan menjambak rambutnya agar ia memberi tahu bagaimana caranya kami pulang.

“orang tua kalian jahat sekali! Apa di Amerika mempunyai tradisi seperti itu?”

“ah bu—bukan begitu, mungkin orang tua kami tidak terlalu memikirkan kami” jawabku dan masih tertawa yang dibuat-buat.

dari nada bicaranya, aku yakin Yoona merasa kasihan kepada kami, kali ini ia menatapku dan Edmund secara bergantian entah apa yang ada di dalam pikirannya. Ia seperti sedang menilai sesuatu dalam diriku dan Edmund. “ kau bisa tinggal di kamarku Merida, lagipula aku juga kesepian dan kau bisa tinggal bersamaku hingga kau bisa ke Amerika bersama Edmang” ucap Yoona

“a-ah! Edmund” aku membetulkan penyebutan kata ‘Edmund’, ku rasa nama kami memang susah jika disebut di Korea.

“lalu bagaimana dengan Edmund? Maksudku Edmund tidak boleh sekamar denganku” aku melirik ke arah Kyuhyun, dan aku berharap Ayah mau berbagi kamarnya dengan Edmund. “kurasa tidak masalah jika Edmund sekamar denganku” God! Kebaikan ayah dan ibu memang tidak ada duanya, bahkan aku dan Edmund yang dianggapnya orang asingpun mereka mau membantu. “wow! Terima kasih banyak” aku membungkuk kepada mereka mengucapkan rasa terima kasih. Aku menepuk punggung Edmund dengan keras supaya ia juga mau membungkuk memberi tanda terima kasih. Bagaimanapun juga ini cara yang jitu untuk mempertemukan mereka kembali setelah pertemuan ini.

“santai saja” Kyuhyun menepuk pundak Edmund dengan tertawa dan mengedarkan pandangannya ke arah kami “bagaimana kalau kita menceritakan tentang diri kita?” Kyuhyun mengalihkan topik pembicaraan, ia menjentikkan jarinya seperti orang yang sedang mendapatkan ide brilliant.

“dimulai dari dirimu Yoona” Kyuhyun menunjuk Yoona dengan senyum gombalannya, aku tahu ayah tersenyum gombal sekaligus penasaran dan ku yakin Kyuhyun mengalami cinta pada pandangan pertama dengan Yoona.

Baru kubuka mulutku ingin ikut berbicara, Edmund langsung mencubit tanganku kecil. Cubitan Edmund sungguh sakit, dulu ayah akan menghukum Edmund jika ketahuan mencubitku. Edmund mendekatkan wajahnya denganku “kau diam saja, biar mereka saling berbicara” Edmund berbisik. Aku tahu Edmund pintar dalam menangani suatu masalah, bahkan masalah yang begitu berat Edmund bisa memegang kendali, seperti ia tahu apa yang akan terjadi, ia mengisyaratkanku untuk diam.

“tentang diriku?” Yoona mengerjapkan matanya beberapa kali

Kyuhyun menyenderkan badannya ke dinding kedai “ya! Silahkan cerita”

“aku anak tunggal dan aku baru lulus sekolah tahun ini, suka mendengarkan music western tetapi aku tidak terlalu bisa menyanyikannya, aku taat pada aturan, aku suka kesunyian, dan margaku Im” jelas Yoona

“giliranmu” Yoona mempersilahkan Kyuhyun untuk menceritakan tentang dirinya.

“hah dimulai dari mana ya” Kyuhyun mengangkat tangannya dan menaruhnya di belakang kepala. “dari mana saja, yang kau suka” Yoona tersenyum, dan itulah senyum tercantik yang pernah aku lihat, sesekali aku menyikut perut Edmund lagi untuk melihat senyum itu, memberitahukan betapa cantiknya Yoona.

“aku anak kepala kepolisian Gangnam, kantor ayahku tidak jauh darisini. Dan aku ingin melanjutkan ke sekolah militer, aku tidak menyukai sayuran, suka keramaian, suka menggoda wanita cantik, dan apalagi ya? Ah! Margaku Cho, Cho Kyuhyun”

“kurasa hanya itu”

Yoona mengangguk-angguk paham tentang apa yang dijelaskan “giliranmu Merida atau Edmang?”

“Edmund” sekarang gantian Edmund membetulkan pengucapan Yoona, Edmund tidak marah sedikitpun ketika Yoona selalu salah menyebutkan namanya. Tidak marah karena itu sudah biasa bagi Edmund.

“sudah ku bilang kami dibuang sama orang tua kami hahaha” tawaku canggung

“bisakah kita sekaligus makan?” aku bertanya dengan nada polos, karena hari semakin sore dan perutku juga lapar. Bisa kulihat wajah ayah dan ibu kembali bingung, Kyuhyun yang menaikkan alisnya sebelah, Yoona yang mengernyitkan dahi, sedangkan Edmund memijat dahinya dengan satu tangan.

-o0o-

Acara minum kopi di kedai bersama dan sekaligus makan malam membuat aku, Edmund, Yoona dan Kyuhyun sangatlah akrab, bahkan sebelum aku berpisah dengan Edmund, Kyuhyun meminta nomor telepon rumah Yoona, disini belum terlalu tren dengan gadget dan lupakan android atau ios untuk saat ini. Karena Edmund tinggal bersama Kyuhyun dan aku bersama Yoona, kami berpisah di persimpangan jalan sebelum itu Edmund berbisik

 “jangan kau kacaukan semua” dan Edmund mengacak rambutku dengan gemas, inilah yang paling ia suka mengacak rambutku hingga kusut. Ketika itu juga ia berbalik dan merangkul Kyuhyun, begitu pula Kyuhyun yang membalas rangkulannya. Kutatap punggung mereka yang sama-sama lebar hingga kejauhan, kutarik senyuman kecil menghiasi wajahku.

“ayo, merida” Yoona sudah menggandeng tanganku dan kami menuju ke rumahnya.

Jika aku kerumah Yoona maka akan berhadapan sama kakek, tetapi kakek Im sangat baik. Aku lebih memilih kakek Im daripada kakek Cho, dan jika Edmund menginap di tempat Kyuhyun maka ia akan bertemu kakek Cho. Oh tidak! Edmund sangat wanti-wanti jika berada di dekat  kakek Cho. Gerak geriknya selalu di awasi dan selalu diberi siraman rohani.

*author POV

“kau bisa tidur disana” Kyuhyun menunjukkan sofa ala militernya kepada Edmund. Edmund hanya diam dan mengikuti instruksi Kyuhyun. Saat memasuki rumah memang terlihat kosong belum ada tanda-tanda Tuan Cho pulang, selamat untuk Edmund karena dimasa depan kakek Cho adalah orang yang ia takuti.

ia berbaring di sofa dan kyuhyun berbaring di kasur ala militernya yang cukup satu orang. Kyuhyun mengeluarkan sebuah kertas yaitu nomor telepon yang Yoona berikan padanya ia terus mengamati kertas itu dan memutar-mutarnya.

“hei Edmund” Kyuhyun memanggil Edmund namun matanya tak bergeming dari kertas yang diapit jarinya. “hm”  Edmund menyahut namun tidak juga memandang Kyuhyun, ia sedang memejamkan mata.

“Yoona sangat cantik bukan? Maksudku, matanya seperti malaikat, senyumnya seperti bidadari, rambutnya panjang bergelombang, sangatlah cantik” Kyuhyun tersenyum dan pipinya agak sedikit merona. Edmund yang tadinya memejamkan matanya langsung bangkit dari sofa dan menatap Kyuhyun dengan terkejut.

“kau tertarik padanya? Bahkan baru pertama kali melihatnya?” Edmund bertanya dengan nada keingintahuan. “kalau tidak tertarik apakah mungkin aku terus memujanya dengan demikian?” jelas Kyuhyun yang terus menatap Edmund. Edmund hanya diam. Bukan diam dan berlalu begitu saja, tetapi ia memikirkan baru saja mendapatkan fakta baru bahwa Kyuhyun tertarik kepada Yoona saat jumpa pertama dengannya.

“hei Edmund” Kyuhyun memanggil lagi

“ya, ceritakan saja aku akan mendengarnya” ucap Edmund yang masih terbangun dari sofa sembari mengusap kedua matanya yang lelah.

“aku sedang berandai-andai seandainya aku mempunyai istri secantik dia” jelas Kyuhyun, sejelas-jelasnya terdengar di telinga Edmund

Godness! Edmund kembali dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan, mendengar itu semua Edmund menjatuhkan badannya ke sofa ala militer itu dan tercengang atas penuturan Kyuhyun.

Im your son dad! Hey!

-o0o-

“merida” panggil Yoona  sembari menyisir rambutnya yang terurai. “ya?”  Merida merespon yang sedang berbaring di kasur empuk milik ibunya.

“bagaimana menurutmu tentang Kyuhyun-ssi?” mendengar penuturan Yoona, Merida membelalakkan matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

“wajahnya penuh pesona, tampan, pribadi yang hangat, jika lihat ia tertawa aku merasa jantungku berdebar” kini pipi Yoona muncul semburat merah ketomatan. Merida tidak bisa berkata-kata ia hanya bisa diam.

“Merida?”

“hm?” Merida tetap fokus menatap Yoona yang sedang menyisir rambutnya, takut ada sesuatu yang dikatakan Yoona secara mendadak.

“aku sedang bermimpi seandainya aku mempunyai suami setampan dia, pasti aku sangat bahagia” Yoona tersenyum malu sembari meletakkan sisirnya dan menaiki ranjang dimana Merida juga menempati ranjang itu.

“ah sudahlah hanya mimpi, jangan terlalu dipikirkan Merida” Yoona mengibaskan tangannya cepat, memohon Merida melupakan apa yang di tuturkannya dan tidak terlalu dipikirkan. Merida memejamkan matanya ingin cepat tidur dan melepaskan lelah yang melekat pada tubuhnya seharian ini.

“amin, semoga aminku terkabul” Merida tersenyum dan melanjutkan tidurnya di samping Yoona.

-o0o-

Ekstra cerita

“Ed! Apa yang kau lakukan?! Ini awal dari kisah cinta mereka!” aku memukul pundaknya dengan buku jariku, Edmund menghadang pukulanku, seperti biasa. “Dengar  Merd! Ini sangat berbahaya!! Kita kembali sekarang harus kembali!” Edmund memegang pundakku dan menatap tajam iris mataku, sudah kuduga ia sangat frustasi akan hal ini. Aku hanya terdiam sesaat akan hal itu yang sedaritadi melalang buana di dalam pikiranku.

“jangan diam saja. Bagaimana caranya pulang?” Edmund meremas pundakku dengan kencang

“Esme tidak memberitahuku”

Edmund melepaskam cengkramannya dari pundakku “shit! Apa kau tidak berpikir panjang jika kita terlalu mencampuri urusan mereka, bisa-bisa masa depan juga akan berubah! Kau tidak berpikir demikian??”

“dompet, tas, semuanya di mobil. Kita tak mempunyai apa-apa. Perfect” Edmund berkacak pinggang, kulihat ia sangat frustasi memikirkan sesuatu.

“cukup! Ed! Jangan mengintimidasiku, ku akui aku salah. ibu mengajarkan kepada kita kalau kita memiliki masalah kita harus saling membantu sama lain. Ingat itu? Dan apapun yang terjadi buat ayah dan ibu tetap bersama” ucapku memberi pembelaan pada diriku sendiri.

“aku ada ide” ucapku

“tell me”

“aku akan meminta menginap di rumah mom, dan kau menginap di rumah dad. Bagaimanapun pasti mereka akan bertemu lagi”

Selanjutnya aku dan Edmund menyusun rencana di balik pohon dekat kedai kopi.

-o0o-

Udah lama banget ya ga update ff lagi hehe, maafkan jika bahasa masih amburadul tidak memakai EYD dengan benar, dan tidak memuaskan kali ini huhuhu terlalu menghayal dan emang genre disini adalah fantasy hehe, maaf kalo moment Kyuna kurang karena mau aku simpen dulu sampe cerita klimaksnya hehe. Jika masih ada yang bingung. Silahkan Tanya-tanya di box komentar. Ciao

Author berusaha meluangkan waktu untuk memperbanyak ff yang ada  kok^^

selama ini ff time machine hanya author publish di fanfiction time dan blog pribadi author sendiri. dan time machine chapter 4 sudah author publish di wp pribadi. thank you!

Love

CulySteph

Tinggalkan komentar